BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pembelajaran bahasa Indonesia
diaralikan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untiik berkomunikasi
dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis,
serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia
(Permen 22 tahun 2006).
Pembelajaran bahasa Indonesia sebagai
salah satu mata pelajaran pokok yang sering dijadikan tolok ukur dalam ujian
nasional mencakup empat aspek keterampilan, yaitu: (a) keterampilan menyimak,
(2) keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan
menulis. Keempat aspek keterampilan tersebut diajarkan secara terpadu dan
berkaitan erat satu dengan yang lainnya disesuaikan dengan karakterisitk dan
tingkatan siswa dalam belajar bahasa dan diarahkan untuk meningkatkan kemampuan
siswa berkomumkasi secara lisan maupun tertulis.
Kemampuan berbahasa Indonesia secara
lisan antara lain: mampu menyampaikan informasi aktual secara emosional,
menyatakan sikap intelektual, serta menyatakan sikap moral. Kemampuan berbahasa
Indonesia secara tertulis diarahkan agar siswa memiliki kegemaran menulis
sehingga mampu meningkatkan pengetahuannya, menyampaikan informasi aktual,
menyatakan sikap intelektual, menyatakan sikap moral dan mampu memanfaatkannya
dalam kegiatan sehari-hari (Permen 22 tahun 2006).
Kemampuan berbahasa Indonesia secara
tertulis juga merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang perlu
diajarkan kepada siswa secara serius karena pembelajaran menulis berkaitan
dengan proses belajar untuk berfikir secara kreatif. Siswa dalam pembelajaran
menulis akan lebih dituntut untuk terus menambah pengetahuannya, baik yang
berkaitan dengan tema, isi karangan, ataupun teknik penulisan yang baik (Akhadiah,
1997:24).
Kekuranganmampuan siswa dalam
mengungkapkan gagasan atau idenya secara lisan ataupun tertulis, banyak
disebabkan oleh kurangnya pengalaman untuk memahami lambang dan konsep,
termasuk di dalamnya penguasaan kosa kata yang bam. Menumt Tarigan (1994:20),
bahwa antara kemampuan kosa kata dengan kemampuan mental seseorang terdapat
hubungan yang erat, sebagai hubungan kausal. Artinya, kuantitas dan kualitas
kosa kata seseorang akan turut menentukan kualitas dan bobot kemampuan
berbahasanya. Oleh karena itu, pertumbuhan kosa kata pun tidak dapat dibendung
lagi. Bukan tidak mungkin pula, jika potensi ini dapat diolah dengan baik akan
membawa pengaruh yang positif bagi pembelajaran bahasa Indonesia lebih maju dan
menantang bagi siswa.
Diungkapkan oleh Tarigan (1994:15),
baiiwa mempelajari sebuah kata baru dengan sendirinya membawa pengaruh luas
dalam kehidupan berikut. Tentu pengertian ini dapat dimaknai jika semakin luas
penguasaan kosa kata yang dimiliki seseorang akan semakin mahir pula seseorang
untuk mengolah pikiran dan mengatisipasi lingkungannya dalam mempertahankan
kehidupaimya.
Dalam kehidupan modem saat ini
keterampilan menulis yang dimiliki seseorang sering dianggap sebagai salah satu
ciri orang yang terpelajar, karena dianggap lebih mampu mengkomunikasikan ide
dan pikirannya secara lebih runtut jelas dan mudah dipahami bagi orang lain
(Morsey, dalam Tarigan 1994: 122). Beberapa anggapan sering mengidentikkan
bahwa keilmuan seseorang seiring dengan jumlah buku yang ditulisnya. Oleh
karena itu, keterampilan menulis dalam
pendidikan dewasa ini menjadi tuntutan wajib, misalnya pada
saat SMA harus menulis tugas akhir, S1 harus menulis skripsi, S2 harus menulis tesis,
dan ketika S3 harus menulis disertasi.
Dalam konteks yang lebih lebih sempit
seorang siswa akan dianggap kurang sempurna dalam memiliki pengetahuan dan
pengalaman jika tidak pernah diimbangi dengan kemampuan untuk menulis ataupun
menuangkan pengetahuan dan pengalaman dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu,
kemampuan menulis dengan baik bagi seseorang juga akan membantu orang lain
(pembaca) untuk mengerti dan memahami gagasan atau idenya.
Kemampuan berbahasa Indonesia secara
tertulis senng dianggap lebih rumit dibandingkan dengan kemampuan berhasa
lisan, karena di dalam menulis lebih menuntut proses belajar dan berpikir lebih
kreatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Tarigan (1994:3-4) bahwa menulis
merupakan suatu kegiatan produktif dan ekspresif sehingga penulis haruslah
terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa ataupun penguasaan kosa kata.
Konteks penguasaan kosa kata menurut Parera (1993:119) sangat terkait dengan
pengetahuan untuk menemukan makna kata-kata ataupun penguasaan kata-kata yang
lain yang berhubungan dengan kata yang digunakan.
Pemahaman akan rumitnya menulis dalam
kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di kelas sering dipahami berbanding
terbalik. Ada kecenderungan materi pembelajaran menulis kurang mendapat waktu
yang proporsional dibandingkan dengan materi yang lain, guru sering mengabaikan
atau melewati materi yang berkaitan dengan menulis. Kenyataan yang ada guru
bahasa Indonesia sering terjebak pada pembelajaran yang lebih memfokuskan pada
penguasaan materi pengetahuan kebahasaan yang bersifat hafalan, tidak sebagai praktik
yang menunjang pada peningkatan kompetensi siswa. Pemahaman ini memang terbentur
pada target dan beban guru bahwa pembelajaran bahasa Indonesia sebagai salah
satu mata pelajaran yang diujikan secara nasional, dan kenyataanya materi
soalnya cenderung bersifat hafalan. Kondisi ini tentu saja berdampak pada kompetensi
siswa seperti praktik menulis siswa yang cenderung rendah.
Berdasarkan kondisi riel siswa kelas VII
hasil ulangan harian siswa kelas VII SMP 1 Bumiayu Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun
Pelajaran 2010/2011 rata-rata
nilai belajar pada aspek menulis prosa sangat kurang memuaskan (rata-rata
kurang dari 65). Kecendemngan ini dimungkinkan sangat terkait dengan kemampuan
siswa dalam mengembangkan ide atau gagasan berdasarkan kosa kata yang
dimilikmya. Oleh karena itu maka penulis tertarik untuk mengkaji hubungan
antara kemampuan penguasaan kosa kata dengan kemampuan menulis prosa pada siswa
kelas VII SMP 1 Bumiayu Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah adakah hubungan yang signifikan antara
kemampuan penguasaan kosa kata dengan kemampuan menulis prosa pada siswa kelas VII
SMP
1 Bumiayu Kecamatan
Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan di atas, tujuan
penelitian ini untuk mendeskripsikan ada tidaknya hubungan antara kemampuan
penguasaan kosa kata dengan keraampuan menulis prosa pada siswa kelas
VII SMP
1 Bumiayu Kecamatan
Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian
yang diharapkan penulis
setelah penelitian ini dilaksanakan
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis.
Manfaat teoretis yang diharapkan yaitu untuk
memberikan sumbangan terhadap penguasaan khasanah pembelajaran menulis bahasa
Indonesia.
2.
Manfaat
Praktis.
a)
Bagi
guru dapat meningkatkan dan mengembangkan pembelajaran di kelas, khususnya
pembelajaran menulis.
b)
Bagi
siswa dapat meningkatkan prestasi belajamya, khususnya terkait kemampuan
menulis dalam berbagai keperluan secara cepat dan tepat.
E. Penegasan Istilah
Penegasan istilah ini digunakan untuk
menghindari pengintepretasian makna yang rancu. Istilah yang perlu ditegaskan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Hubungan
Hubungan adalah keadaan berhubungan atau sangkutpaut (Moeliono.Et.al,
1995:358). Dalam konteks ini adalah hubungan antara variabel kemampuan
penguasaan kosa kata dengan variable kemampuan menulis prosa siswa.
2.
Kemampuan
Penguasaan Kosa Kata
Kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan; kekuatan
(Tim, 1995:623). Menulis adalah kegiatan-kegiatan menuangkan buah pikiran ke
dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap
dan jelas sehingga buah pikiran itu dapat dikomunikasikan kepada parapembaca
dengan baik (Byrne dalam Abdi, 1993:13).
Pengusaan kosa kata adalah keseluruhan jumlah kata,
ungkapan, idiom, peribahasa, dan istilah yang dikuasai oleh siswa (Soejono,
1983:134).
3.
Kemampuan
Menuhs Prosa
Kemampuan adalah kesanggupan; kecakapan; kekuatan
(Tim, 1995:623). Menulis adalah kegiatan kegiatan menuangkan buah pikiran ke
dalam bahasa tulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap
dan jelas sehingga buah pikiran itu dapat dikomunikasikan kepada para pembaca
dengan baik (Byrne dalam Abdi, 1993:13).
Kemampuan menulis dalam penelitian ini adalah
kecakapan atau keterampilan dalam bentuk tulisan prosa/ karangan bebas (Tim,
1995:229).
BAB II
LANDASAN TEORI
Penguasaan kosa kata dan kemampuan
menulis merupakan dua komponen vang saling berkaitan terus dibelajarkan. Dengan
penguasaan kosa kata yang baik seseorang akan memiliki wawasan dan pengetahuan
kosa kata yang luas sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menulisnya
secara lebih baik.
A.
Kemampuan Penguasaan Kosa Kata
Kemampuan penguasaan kosa kata
merupakan bagian penting dalam menyusun kalimat. Menurut Tarigan (1994:4-5)
kegiatan menulis tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan menyusun kalimat.
Seorang penulis haruslah mengetahui sejak semula maksud dan tujuan yang hendak
dicapai sebelum menulis dengan menguasai keterampilan dalam memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.
Kalimat adalah (a) kesatuan ujar yang
mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan; (b) ling satuan bahasa yang
secara realtif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual
ataupun potensial terdiri atas klausa (Tim KBBI, 1995:434). Klausa dalam
kalimat inti hendaknya mempunyai subjek dan predikat sehingga mempunyai makna
yang jelas. Dengan demikian kalimat mempakan sebuah gagasan atau konsep yang
dimiliki oleh seseorang yang memuat kesatuan pikiran yang bulat.
Kalimat yang baik harus disusun
berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. Kaidahyang berlaku tersebut meliputi:
(a) unsur-unsur penting yang dimiliki setiap kalimat, (b) cara memilih kata
dalam kalimat, dan (c) penerapan aturan-aturan tentang ejaan (Akliadiah,
1991:40).
Kelengkapan sebuah kalimat terkait
dengan pola jabatan sebagai kalimat minimal yang memiliki subyek dan predikat,
sangat menentukan kejelasan dalam sebuah kalimat, Kejelasan inilah yang akan
membantu pemahaman orang yang membacanya, sehingga dapat dikategorikan sebagai
kalimat yang baik dan benar (Akliadiah, 1991:42).
Menurut Alwi (2003:35) kalimat
umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Tiap kata dalam kalimat mempunyai tiga klasifikasi, yaitu berdasarkan (1)
kategori sintaktis, (2) fungsi sintaktis, dan (3) peran semantisnya.
a.
Kategori
Sintaktis
Dalam ilmu bahasa, kata dikelompokkan
berdasarkan bentuk serta perilakunya. Kata yang mempunyai bentuk serta perilaku
yang sama, atau mirip, dimasukkan ke dalam satu kelompok, sedangkan kata lain
yang bentuk dan perilakunya sama atau mirip dengan sesamanya, tetapi berbeda
dengan kelompok yang pertama, dimasukkan ke dalam kelompok yang lain. Dengan
kata lain, kata dapat dibedakan berdasarkan kategori sintaktisnya. Kategori
sintaktis sering pula disebut kategori atau kelas kata.
Dalam bahasa Indonesia menurut Alwi
(2003:36) ada empat kategori sintaktis utama: (1) verba atau kata kerja, (2)
nomina atau kata benda, (3) adjektiva atau kata sifat, (4) adverbia atau kata
keterangan. Di samping itu, ada satu kelompok lain yang dinamakan kata tugas
yang terdiri atas beberapa subkelompok yang lebih kecil, misalnya preposisi
atau kata depan, konjungtor atau kata sambung, dan partikel.
Nomina, verba dan adjektiva sering
dikembangkan dengan tambahan pembatas tertentu. Nomina, misalnya, dapat
dikembangkan dengan nomina lain, dengan adjektiva, atau
dengan kategori lain (gedung à gedung sekolah, gedung basus, gedung yang bogus itu). Verba dapat
diperluas, antara lain, dengan adverbia seperti pelan-pelan (makan à makan pelan-pelan). dan adjektiva dapat diperluas dengan adverbia
seperti sangat (manis à sangat manis). Pada tataran sintaktis,
nomina dan perkembangannya disebut frasa nominal. Hal yang sama berlaku pada
verba yang menjadi frasa verbal dan pada adjektiva pada frasa adjektival.
Preposisi yang diikuti kata atau frasa lain menghasilkan frasa preposisional.
b.
Peran Semantis
Suatu kata dalam konteks kalimat
memiliki peran semantis tertentu. Perhatikan contoh-contoh berikut:
(1) Farida menunggui adiknya.
(2) Pencuri itu lari.
(3) Penjahat itu mati.
(4) Johan melihat kecelakaan.
Dari segi peran semantis, Farida pada (1) adalah pelaku, yakni
orang yang melakukan perbuatan menunggui. Adiknya
pada kalimat ini adalah sasaran, yakni yang terkena perbuatan yang
dilakukan oleh pelaku. Pencuri pada
(2) adalah juga peiaku - dia melakukan perbuatan lari. Akan tetapi, penjahat pada
(3) bukanlali pelaku karena mati bukanlah perbuatan yang dia lakukan, melainkan
suatu peristiwa yang terjadi padanya. Oleh karena itu, meskipun wujud
sintaktisnya minp dengan (2), penjahat
itu pada (3) adalah sasaran. Pada kalimat (4) Johan bukanlalh pelaku ataupun sasaran. Ada suatu peristiwa, yakni
kecelakaan, dan peristiwa itu menjadi rangsang yang kemudian masuk ke benak
dia. Jadi, Johan di sini mengalami
peristiwa tersebut. Karena itu, peran semantis Johan adalah pengalam.
Oleh sebab itu, kegiatan belajar
menulis memerlukan kesiapan khusus pula untuk menggunakan kalimat dengan baik
sehingga dapat memusatkan ide dan gagasan yang akan disampaikan kepada
pembacanya. Sebuah kalimat minimal haruslah memiliki subjek dan predikat
sehingga memiliki kemampuan untuk menimbulkan gagasan yang dikemukakan kepada
pembaca seperti yang terdapat dalam pikiran penulis.
Pilihan kata merupakan bagian penting
dalam menyusun kalimat. Menurut Tarigan (1994:4-5) kegiatan menulis tidak dapat
dipisahkan dengan kegiatan menyusun kalimat. Seorang penulis haraslah
mengetahui sejak semula maksud dan tujuan yang hendak dicapai sebelum menulis
dengan menguasai keterampilan dalam memanfaatkan grafologi, struktur bahasa,
dan kosa kata.
Pilihan kata juga merapakan salah
satu ciri bahasa Indonesia ragam ilmiah, yaitu menggunakan kata dan istilah
yang baku. Kata dan istilah yang baku adalah kata-kata atau istilah-istilah
yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, yang meliputi proses
pembentukannya dan ejaan atau penulisannya (Doyin, 2002: 1).
Proses pembakuan selalu mengacu pada
ikatan waktu karena bahasa selalu berkembang. Sebagai alat komunikasi bahasa
selalu mengikuti perkembangan teknologi dan budaya manusia yang menggunakannya.
Ragam bahasa ilmiah dalam lingkup resmi atau ilmiah juga mengalami proses
berkembang. Dalam perjalanannya bahasa Indonesia sudah mengalami beberapa kali
pembakuan, terutama menyangkut masalah ejaan. Bahkan untuk ejaan yang
disempumakan (EYD) saja nama ejaan terbaru dalam bahasa Indonesia juga telah
mengalami beberapa kali penyempurnaan. Melihat kondisi ini, kata-kata atau
istilah, atau sistem penulisan yang tergolong baku dalam buku ini memungkinkan
dengan perjalanan mengalami perabahan atau penyempurnaan. Hal ini berarti
proses pembakuan kata atau ejaan pun juga akan berjalan seiring dengan
perjalanan
waktu.
Dalam bahasa Indonesia, pembakuan
yang sudah dilakukan meliputi pembakuan kata-kata dasar, kata berimbuhan dan
kata serapan, idiom, dan penulisan kata. Selain itu, saat ini juga sudah ada
kata atau istilah baru sebagai hasil pengidonesiaan kata atau istilah-istilah
asing yang banyak digunakan oleh pemakai bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia sudah mempunyai
beberapa alat yang sekaligus menjadi sumber untuk menentukan apakah sebuah kata
itu baku atau tidak. Oleh karena itu pencarian kata-kata baku sebenamya dapat
dimulai dari alat-alat tersebut. Menurut Doyin (2002:2-3) beberapa alat atau
sumber beserta prinsip yang dapat digunakan untuk menentukan pilihan kata
apakah sebuah kata, istilah, idiom, atau sistem penulisan itu baku atau tidak
diuraikan berikut ini.
Untuk mencari pilihan kata baku dapat
dilakukan dengan melihat daftar kata pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Pada
kamus tersebut sudah ada penjelasan
apakah sebuah kata itu berasal dari bahasa daerah (atau asing) tertentu,
apakali sebuah kata itu maknanya harus merujuk pada kata lain, atau kata itu
berdiri sendiri sebagai kata yang telah baku. Di antara ketiga keterangan itu,
kata-kata yang tergolong kata baku adalah kata-kata yang memiliki makna
tersendiri tanpa harus merujuk pada makna kata lain atau kata yang tidak
merupakan kata daerah (Doyin, 2002: 2).
Melalui prinsip tersebut akan dengan
mudah menentukan mana kata yang baku dan mana kata yang tidak baku. Sebagai
contoh, dalam kamus tertulis kata zaman
dan jaman, ihtiar dan ikhitiar, atau
tembakau dan bako. Untuk menentukan mana kata yang baku di antara kata yang
berpasangan tersebut kita dapat melihatnya di kamus. Di kamus kata-kata
tersebut tertulis: jaman n zaman, ihtiar à ikhtiar, dan bako à tembakau.
Dalam penulisan yang demikian kita dapat mengetahui bahwa kata-kata yang baku
adalah kata-kata yang diacu maknanya, yaitu kata zaman (bukan jaman), ikhtiar (bukan
ihtiar), dan tembakau (bukan bako).
Tentu saja kamus tidak menjelaskan mengapa kata zaman itu baku, sedangkan jaman
tidak, ikhtiar itu baku,
sedangkan ihtiar itu tidak, serta tembakau itu baku, sedangkan bako itu tidak. Jawaban di atas
pertanyaan-pertanyaan tersebut ada pada buku-buku lain (Doyin, 2002: 2).
Selain dengan
cara tersebut juga dapat diketahui sebuah kata itu baku atau tidak dengan cara
lain. Misalnya antara aktual dan aktuil, izin dan ijin, atau kuitansi dan kwitansi. Jika kata-kata tersebut dicari
dalam kamus, dan yang ditemukan hanya kata aktual,
izin, dan kuitansi. Hal itu
berarti kamus hanya mengakui adanya kata-kata aktual, izin dan kuitansi; yang
berarti pula bahwa kata aktual, izin dan
kuitansi tersebut ada dalam kamus
adalah kata tidak baku (Doyin, 2002: 3). Di dalam EYD dapat digunakan untuk
menentukan cara penulisan pilihan kata yang baku, baik pada kata berimbuhan,
kata ulang, maupun kata
majemuk. Dalam EYD sudah diatur bagaimana menuliskan awalan atau akhiran, menggunakan tanda baca, menuliskan bilangan, memenggal kata, menggunakan huruf kapital, dan sebagainya. Sebagai contoh, untuk menentukan mana yang baku antara pascapanen daapascapanen, sinarX dan sinar-X, keluar dan ke luar, atau menggarisbawahi dan menggaris bawahi, EYD mempunyai jawabannya (Doyin, 2002: 3).
majemuk. Dalam EYD sudah diatur bagaimana menuliskan awalan atau akhiran, menggunakan tanda baca, menuliskan bilangan, memenggal kata, menggunakan huruf kapital, dan sebagainya. Sebagai contoh, untuk menentukan mana yang baku antara pascapanen daapascapanen, sinarX dan sinar-X, keluar dan ke luar, atau menggarisbawahi dan menggaris bawahi, EYD mempunyai jawabannya (Doyin, 2002: 3).
Selain
dilampiri Ejaan Yang Disempumakan (BYD), Kamus Besar Bahasa Indonesia juga
dilampiri Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pedoman ini mengatur cara
menyesuaikan istilah-istilah asing ke dalam ejaan bahasa Indonesia. Ketentuan
ini juga dapat digunakan imtuk menentukan mana kata yang baku dan mana yang
tidak, dalam hal ini untuk jenis kata serapan. Sebagai contoh, jika menghadapi
kata karisma dan kharisma, cek dan chek,
sistem dan sistim, atau persentase dan prosentase; maka dengan mudah ditemukan dalam pedoman tersebut
bahwa kata-kata yang baku adalah karisma (bukan
kharisma), cek (bukan chek), sistem (bukan sistim), dan persentase (bukan prosentase) (Doyin,
2002: 3).
Adakalanya untuk mencari pilihan
kata-kata baku dengan mudah dapat ditemukan pada buku-buku tertentu yang
memiliki lampiran kata baku dalam bahasa Indonesia. Ada kalanya juga mudah
menemukan dalam selebaran-selebaran yang dikeluarkan oleh Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa, biasanya selebaran dalam peringatan bulan bahasa, yaitu
setiap bulan Oktober.
Melalui buku dan selebaran dapat juga
memperoleh idiom-idiom baku dalam bahasa Indonesia. Idiom adalah pasangan kata
yang sudah menyatu tidak dapat. digantikan yang maknanya tidak sama dengan
makna kata yang menjadi bagiannya itu. Pemilihan kata sebagai pasangan kata
tertentu dalam idiom tidak dapat dijelaskan alasannya. Sebagai contoh,
misalnya, gabungan kata antara adalah dan, bukan dengan seperti banyak
digunakan orang, seperti terlihat dalam kalimat "Kota Salatiga terletak di
antara kota Semarang dengan Surakarta". Mengapa yang baku "antara ...
dan ..." bukan "antara ..
dengan '" tidak dapat dijelaskan alasannya. Itulah sifat idiom. Idiom
semacam ini dapat kita jumpai dalam buku-buku dan selebaran (Doyin, 2002:4).
Menurut Martutik (1998:20) kegiatan
belajar menulis memerlukan kesiapan khusus. Siswa dikatakan siap belajar
menulis jika mampu mengingat urutan huruf dan tahu perbedaan; dapat memusatkan
ide dan gagasan, serta kembali ke baris berikutnya; mempunyai bahasa tulis yang
benar yang berisi kosakata lain pandangan dan percakapan, serta susunan kalimat
yang normal; dan mudah menangkap pengertian-pengertian yang diperkenalkan.
Pilihan kata atau kosakata yang
digunakan dalam kegiatan menulis menjadi salah satu aspek penting dalam
kegiatan menulis. Menurut Soejono (1983:134) keterampilan menulis dapat diukur
dari aspek-aspek sebagai berikut:
a. Perbendaharaan
kata, yaitu keseluruhan jumlah kata, ungkapan, idiom, peribahasa, dan istilah
yang dikuasai oleh siswa. Banyak sedikitnya jumlah perbendaharaan kata seseorang
tergantung pada tinggi rendahnya tingkat
pendidikan yang dimiliki.
pendidikan yang dimiliki.
b. Kemahiran
mengatur pikiran. Kemahiran mengatur pikiran sangat terkait dengan urutan
kronologis dalam menyusun kata secara tepat dan jelas.
c. Kehendak
dan keberanian, yaitu keseluruhan gagasan pokok yang mampu diungkapkan secara
tepat dengan ide-ide yang bam dan cemerlang.
d. Ejaan
dan tanda baca. Penggunaan ejaan dan tanda baca yang tepat dalam bahasa tulis
akan sangat menentukan kejelasan makna yang tertuang dalaiB bahasa tulis.
Menurut Sugihastuti (2007:81) penentuan pilihan kata termasuk
sebagai kemampuan penguasaan kosa kata dijabarkan sebagai kemahiran menyusun kalimat
efektif dan ketepatan untuk menuliskannya ke dalam bentuk paragraph yang baik.
Menurut Parera (1993:119) penguasaan kosa kata dijabarkan sebagai berikut:
1.
Penguasaan kosakata
berarti mengetahui derajat
kemungkinan untuk menemukan
kata-kata dalam bentuk tulis satu ujaran; dan juga menguasai kosakata berarti
sangat boleh jadi mengetahui juga kata-kata yang lain yang berhubungan dengannya.
2.
Penguasaan
kosakata berarti mengetahui pembatasan-pembatasan penggunaan kosakata tersebut
sesuai dengan konteks dan situasi pemakainya.
3.
Penguasan
kosakata berarti mengetahui distribusi sintaksis dari kata tersebut.
4.
Penguasaan
kosakata tersebut berarti mengetahui bentuk dasar dan devisiasi yang mungkia
dari kosakata tersebut.
5.
Penguasaan
kosakata berarti mengetahui jaring hubungan antara kata dalam bahasa tersebut.
6.
Penguasaan
kosakata berarti mengetahui tentang makna kata-kata tersebut.
7.
Penguasaan
kosakata berarti mengetahui banyak perbedan-perbedan dan variasi-variasi makna
yang berhubungan dengan kosakata tersebut.
Kemampuan penguasaan kosa kata juga
merupakan salah satu ciri bahasa Indonesia ragam ilmiah, yaitu menggunakan kata
dan istilah yang baku. Kata dan istilah yang baku adalah kata-kata atau
istilah-istilah yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, yang
mehputi proses pembentukannya dan ejaan atau penulisannya (Doyin, 2002: 1).
Proses pembakuan selalu mengacu pada
ikatan waktu karena bahasa selalu berkembang. Sebagai alat komunikasi bahasa
selalu mengikuti perkembangan teknologi dan budaya manusia yang menggunakannya.
Ragam bahasa ilmiah dalam lingkup resmi atau ilmiah juga mengalami proses
berkembang. Dalam perjalanannya bahasa Indonesia sudah mengalami beberapa kali
pembakuan, terutama menyangkut masalah ejaan. Bahkan untuk ejaan yang disempurnakan
(EYD) saja nama ejaan terbaru dalam bahasa Indonesia juga telah mengalami beberapa
kah penyempurnaan. Melihat kondisi ini, kata-kata atau istilali, atau sistem
penulisan yang tergolong baku dalam buku ini memungkinkan dengan perjalanan
mengalami perubahan atau penyempurnaan. Hal ini berarti proses pembakuan kata
atau ejaan pun juga akan berjalan seiring dengan perjalanan waktu. Dalam bahasa
Indonesia, pembakuan yang sudah dilakukan meliputi pembakuan kata-kata dasar,
kata berimbuhan dan kata serapan, idiom, dan penulisan kata. Selain itu, saat
ini juga sudah ada kata atau istilah baru sebagai hasil pengidonesiaan kata
atau istilah-istilah asing yang banyak digunakan oleh pemakai bahasa Indonesia
(Doyin, 2002:2-3).
Penguasaan kosa kata juga terkait
dengan kemampuan memilih kata. Pilihan kata juga merupakan salah satu ciri
bahasa Indonesia ragam ilmiah, yaitu menggunakan kata dan istilah yang baku.
Kata dan istilah yang baku adalah kata-kata atau istilah-istilah yang sesuai
dengan kaidah bahasa Indonesia yang berlaku, yang meliputi proses
pembentukannya dan ejaan atau penulisannya (Doyin, 2002:1).
Berdasarkan beberapa pendapat
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pilihan kata menentukan dalam
penyusunan kahmat. Dengan keterampilan dalam menentukan pilihan kata maka
pembelajaran menulis terkait dengan pengelolaan pengetahuan yang dimiliki
seseorang, baik dari hasil pengalaman ataupun membaca untuk dapat diungkapkan
kembali dengan bahasa tuhs dengan baik.
B. Pembelajaran Menulis di SMP
1. Tujuan Pembelajaran Menulis
Pembelajaran bahasa Indonesia menurut
Permen 22 tahun 2006 meliputi empat aspek yang hams dikuasai oleh siswa, yaitu
aspek mendengar, aspek berbicara, aspek membaca, dan aspek menulis. Jika
dilihat dari tujuannya pembelajaran bahasa Indonesia, meliputi:
a.
Siswa
harus dapat menghargai bahasa Indonesia dan bangga memiliki sebagai bahasa persatuan
atau bahasa Indonesia dan bahasa Negara.
b.
Siswa
dapat memahami bahasa Indonesia itu baik dari segi bentuk, makna, dan fungsi
serta dapat meggunakan secara tepat untuk bermacam tujuan, keperluan dan
keadaan.
c.
Siswa
harus memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan
kemampuan intelektual dan memiliki kematangan emosional dan sosial, serta
khusus untuk materi.
d.
Siswa
harus mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan
kepribadian, memperluas wawasan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
Tujuan pengajaran bahasa Indonesia
yang bersifat umum dijabarkan dalam komponen tata bahasa, pemahaman, dan
penggunaan. Dari komponen tata bahasa, pemahaman, dan penggunaan dijabarkan
menjadi tujuan kelas yaitu tujuan kelas satu, tujuan kelas dua, dan tujuan
kelas tiga. Untuk mencapai tujuan setiap kelas itu dijabarkan menjadi sejumlah
kompetensi dasar pembelajaran. Sasaran pengajaran bahasa Indonesia di terletak
pada tujuan kelas. Sasaran ini dicapai melalui kegiatan belajar yang sudah
dirinci persemester setiap tahunnya.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia
kelas US, antara lain sebagai berikut:
a.
Siswa
mampu mengungkapkan peristiwa, pengalaman, gagasan dan pendapat tentang
berbagai hal dalam berbagai bentuk dengan memperhatikan penggunaan tanda baca,
pilihan kata keefektifan kalimat dan kepaduan paragraf.
b.
Siswa
mampu menulis kreatif, menyunting karangan sendiri atau karangan orang lain
dengan memperhatikan penggunaan ejaan, tanda baca, pilihan kata, struktur
kalimat, kepaduan isi karangan. siswa mampu mengungkap pengalaman, -gagasan, pesan,
pendapat, dan pemyataan secara sistematis, logis, dan kreatif sesuai dengan
konteks dan situasi (KTSP, 2006:18).
Menurut Parera (1998:12) menyebutkan
bahwa tujuan pembelajaran bahasa selalu berkaitan dengan kegiatan mendengarkan,
berbicara, membaca, atau menulis. Keempat
keterampilan berbahasa tersebut
dapat menjadi focus pembelajaran. Keempat keterampilan
tersebut dilaksanakan secara terpadu.
Dalam pembelajaran menulis pada
jenjang sekolah dasar pembelajaran terfokus pada tujuan kemampuan menyimak
bacaan dengan menuntut menulis yang lebih tinggi. Untuk mengukur tingkat pemahaman
yang lebih tinggi, diperlukan kegiatan penguasaan kosa kata yang banyak untuk
dapat menulis dengan baik.
Tujuan pembelajaran menulis tersebut
dapat tercapai, jika siswa telah mengenal dan menguasai sistem tulisan,
mengenal dan menggunakan kata-kata beserta artinya, memahami informasi yang
dinyatakan secara eksplisit dalam bacaan, memahami implikasi yang tidak
dinyatakan secara eksplisit dalam teks bacaan, memahami hubungan-hubungan dalam
berbagai macam kalimat, memahami hubungan antara bagian-bagian teks bacaan
melalui pemarkah kohesif (baik secara gramatikal dan leksikal), memahami ide
pokok informasi-informasi yang penting, membedakan ide pokok dengan ide-ide
penjelas, dan membuat penilaian terhadap isi bacaan (Keraf 1996:47).
Sementara itu Parera (1998:27)
menyatakan beberapa prinsip dalam menulis yang perlu diperhatikan.
a.
Menulis
bukanlah hanya menuangkan ide atau gagasan.
b.
Menulis
dan menguasai bahasa terjadi serempak.
c.
Menulisdan
berpikir terjadi serempak.
d.
Menulis
menghubungkan lambang tulis dengan ide dan rujukan yang ada di belakang lambang
huruf.
e.
Menulis
berarti memahami. Ini berarti pembelajaran membaca bermuara pada pemahaman.
Dengan demikian, tujuan pembelajaran
menulis pada jenjang siswa SMP sudah mengarah ke pengembangan gagasan dan ide
yang mengarah pada pemahaman yang telah dibaca atau dialami siswa.
2.
Bahan Pembelajaran Menulis
Hakikat menulis menurut Permen 22
tahun 2006 sering dimaknai sebagai suatu kegiatan yang untuk mengungkapkan
hasil pikir kepada orang lain dengan sarana bahasa tulis. Dengan demikian,
bahan untuk pembelajaran menulis dapat berupa pengalaman, perasaan, pendapat,
pengetahuan, keinginan, ajakan, himbauan, penolakan, ataupun gejolak batin.
Hasil tulisan ini dapat berujud karya faktual dan fiksi sebagai prosa, cerpen
ataupun puisi.
Keraf (1996:48) menyebutkan bahwa
proses seseorang dalam menulis meliputi beberapa tingkatan, yaitu pemahaman
literal akan ide dan gagasan, interpretatif, kritis, dan kreatif.
Pemahaman secara literal, yaitu
memahami isi bacaan melalui pemahaman arti kata, kalimat, serta paragraf dalam
sumber bacaan. Pemahaman literal menuntut kemampuan ingatan, yaitu ingatan
mengenai apa yang tertulis dalam teks bacaan. Untuk mengesankan pemahaman siswa
dapat diajukan pertanyaan ingatan, misalnya fakta-fakta, peristiwa dan urutan
kejadiannya, mengecek makna yang sesuai, dan tentang ide pokok paragraf. Dengan
pertanyaan-pertanyaan seperti itu pemahaman literal dapat dicapai.
Pemahaman secara interpretatif adalah
pemahaman isi bacaan yang tidak secara langsung dinyatakan dalam tulisan.
Pemahaman ini menuntut penulis mampu menafsirkan fakta dan informasi untuk digunakan
kembali dalam bentuk tulisan. Untuk mengetahui pemahaman interpretatif dapat
digunakan pertanyaan-pertanyaan yang merangsang berpikir dalam.
Pertaayaan-pertanyaan tersebut, antara lain membuat simpulan, mencari hubungan
sebab akibat, membuat perbandingan, dan menemukan hubungan antarproposisi,
serta membuat generalisasi.
Pemahaman secara kritis, yaitu
pemahaman isi bacaan yang dilakukan penulis dengan berpikir secara kritis
terhadap basil yang telah ditulisnya. Jika memungkinkan penulis dapat
mengevaluasi kembali dengan apa yang telah ditulisnya. Untuk mengetahui
pemahaman kritis dapat diajukan pertanyaan-pertanyaan tentang perbandingan isi
dan maksud dalam menyampaikan ide-idenya.
Pemahaman secara kreatif, yaitu pemahaman
terhadap hasil yang ditulis melalui berpikir secara interpretatif dan kritis
untuk memperoleh pandangan-pandangan baru, gagasan-gagasan yang baru dan
pemikiran-pemikiran yang orisinal. Dalam menulis kreatif penulis akan
berimajinasi, merenungkan kemungkinan baru dengan landasan pengetahuan dan
pengalaman yang telah dimiliki serta informasi yang didapat dari bacaan.
Tingkatan menulis kreatif merupakan tingkatan pemahaman paling tinggi dalam
membaca.
Dengan demikian, bahan dalam menulis
dapat berujud karya faktual dan fiksi sebagai prosa, cerpen ataupun puisi. Guru
sebagai mediator pembelajaran hendaknya mampu membimbing anak didiknya dalam
tingkatan menulis yang kreatif, sehingga siswa akan lebih tertantang dan
memaksimalkan ide dan gagasan.
C. Kemampuan Menulis Siswa SMP
1. Pengertian Menulis
Menurut Suhadi (1996:16) istilah
menulis sering disamakan dengan kegiatan mengarang yaitu sebagai aktivitas manusiawi
yang terarah dan sadar, memiliki swakarya dan mekanis yang teratur dalam bentuk
tulisan. Pengertian swakarya dan mekanis tersebut adalah kemampuan dalam: (1)
memilih materi atau topik karangan, (2) menentukan tema karangan, (3)
menentukan tujuan dan bentuk karangan, (4) menetapkan pendekatan tema, (5)
membuat judul yang menarik dan menantang, (6) membuat kerangka, (7) memulai
menulis, (8) membangun alenia dengan rasa berkesinambungan, dan (9)
menyelesaikan karangan dengan tepat.
Pembelajaran menulis merupakan
kegiatan pembelajaran keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk
tulis. Keterampilan menulis adalah hasil dari keterampilan mendengar,
berbicara, dan membaca. Menurut Depdikbud (1994:18) ada beberapa prinsip yang
perlu diperhatikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut:
a. Menulis tidak dapat
dipisahkan dari membaca. Pada jenjang pendidikan dasar, pembelajaran menulis
dan membaca teijadi serempak.
b. Pembelajaran
menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin berbahasa.
c. Pembelajaran
menulis adalah pembelajaran tata tulis atau ejaan dan tanda bahasa Indonesia.
d. Pembelajaran
menulis berlangsung berjenjang, bermula dari menyalin sampai dengan menulis
ilmiah
Berdasarkan prinsip pembelajaran menulis
tersebut terdapat altematif pembelajaran bahasa Indonesia; antara lain
menyalin, menyadur, membuat ikhtisar, menulis laporan, menyusun angket dan
wawancara, menulis notulen, menulis hasil seminar, menulis surat, menulis
berita, dan lain-lain.
Menurut Purwo (1997:5) menulis adalah
kegiatan yang aktif. Dengan demikian siswa harus dapat menulis secara aktif.
Untuk itu siswa perlu dilatih mengkomunikasikan dua hal, yaitu apa yang sudah
mereka ketahui (apa yang ada di pikiran mereka) dengan isi atau cerita yang
sedang mereka telusuri melalui kegiatan menulis. Kegiatan menulis dapat dimulai
dengan pertanyaan bimbingan, yakni pertanyaan awal untuk mengarahkan pikiran
dan pandangan siswa. Pengalaman yang berkaitan dengan isi yang akan ditulis
dengan membangkitkan pengalamannya bacaannya.
Berkaitan dengan keterampilan menulis
Wiryodijoyo (1989:20) menekankan pentingnya kesiapan siswa dalam menulis.
Kesiapan siswa dalam menulis merupakan faktor yang penting. Siswa dikatakan
siap belajar menulis bila ingat urutan huruf dan tahu perbedaan; dapat
memusatkan ide dan gagasan, serta kembali ke baris berikutnya; mempunyai bahasa
tulis yang benar yang berisi kosa lain pandangan dan percakapan, serta susunan
kalimat yang normal; dan mudah menangkap pengertian-pengertian yang
diperkenalkan. Apabila siswa telah siap menulis kemungkinan pembelajaran akan
berhasil lebih baik.
Salah satu penentu keberhasilan
pengajaran keterampilan menulis adalah teknik mengajar guru dalam menyajikan
pelajaran lain atau topik pelajaran yang lain, teknik penyajian menulis
bersifat implementasional dan situasional. Implementasional, artinya sejumlah
kegiatan pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis yang telah direncanakan
pada waktu menyusun model satuan pelajaran yang akan disajikan pada jam
pelajaran tertentu. Walaupun demikian, realisasi pelaksanaannya bersifat
situasional. Situasional artinya penggunaan teknik yang telah dirancang perlu
disesuaikan dengan situasi kelas pada saat proses belajar mengajar.
2.
Kemampuan Menulis
Prosa bagi Siswa SMP
Menulis dan mengarang sebenarya
mempimyai sudut pandang yang berbeda. Kata mengarang dalam kurun waktu yang
lama sangat melekat dengan tulisan fiksi ataupun non fiksi. Fiksi adalah bentuk
tulisan yang cenderung imajinatif yang melekat seperti dalam novel, cerita
pendek, puisi ataupun roman, sedangkan non fiksi lebih mengarah pada bentuk
tulisan yang mengandalkan data pendukung berapa angka, teori atau hasil
penelitian (Nurudin, 2007:2).
Makna mengarang dalam kurun waktu
yang lama mengalami pemburukan makna (peyoratif). Mengarang diartikan sebagai
kegiatan berpikir yang tanpa ada dasar, asal bunyi atau asal tulis. Sementara
menulis maknanya lebih netral sebagai kegiatan menulis artikel atau kaiya
ilmiah, walaupun makna sesungguhnya mengarang juga merupakan kegiatan menulis.
Jadi makana menulis cakupannya lebih luas, sementara mengarang lebih sempit.
Mengarang juga mempunyai makna konotasi buruk, sementara menulis bermakna lebih
netral (Nurudin, 2007:3).
Menulis adalah kegiatan yang
dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan dalam rangka mengungkapkan
gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis agar mudah dipahami. Tulisan
itu sendiri diartikan sebagai sesuatu yang dihasilkan dari proses kegiatan
kreatif penulisnya (Nurudin, 2007:4).
Menulis adalah suatu kegiatan yang
produktif dan ekspresif untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan dan
pengetahuan. Dalam kegiatan menulis ini, maka penulis hamslah terampil
memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Disebut sebagai kegiatan
produktif karena kegiatan menulis menghasilkan tulisan, dan disebut sebagai
kegiatan yang ekspresif karena kegiatan menulis adalah kegiatan yang
mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, dan pengetahuan penulis kepada pembaca
(Tarigan, 1994:3-4).
Keterampilan menulis merupakan
keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan, tidak hanya penting dalam
kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat penting dalam kehidupan masyarakat.
Keterampilan menulis itu sangat penting karena merupakan salah satu
keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Dengan menulis, siswa
dapat mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan
perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan
kreativitas siswa dalam menulis. Keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari
orang yang terpelajar atau bangsa yang terpelajar (Tarigan, 1994:4). Menurut
Morsey (dalam Tarigan, 1994:4) keterampilan menulis dipergunakan oleh orang
terpelajar untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan
dan mempengaruhi, hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang dapat
menyusun pikirannnya dan mengutarakannya dengan jelas, kejelasan ini tergantung
pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata, dan sruktur kalimat.
Menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut, kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik (Tarigan, 1994:21).
Menurut Sugihastuti (2007:75)
disebutkan bahwa kemampuan menulis disamakan dengan kemampuan berbahasa untuk
memilih kata secara tepat sehingga mampu memindahkan pikiran dan perasaan ke
dalam lambang, bahasa. Oleh karena itu menurutnya kata menjadi modal utama
ketika seseorang akan memulai menulis.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis yang
dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain yang mempunyai
kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa tersebut. Dalam menulis juga
harus diperlukan adanya suatu bentuk ekspresi gagasan yang berkesinambungan dan
mempunyai urutan logis dengan menggunakan kosa kata dan tata bahasa tertentu
atau kaidah bahasa yang digunakan, sehingga dapat menggambarkan atau dapat
menyajikan informasi yang diekspresikan secara jelas. Itulah sebabnya untuk
terampil menulis diperlukan latihan dan praktek yang terus menerus dan teratur.
Bentuk keuntungan yang didapat dan
diperoleh dari kegiatan menulis. Menurut Akhadiah (1997:1-2) ada 8 kegunaan
menulis yaitu:
1.
Penulis
dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan menulis, penulis dapat
mengetahui sampai di mana pengetahuannya tentang suatu topik.
2.
Penulis
dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan. Dengan menulis, penulis
terpaksa bernalar, menghubung-hubungkan, serta membanding-bandingkan fakta
untuk mengembangkan berbagai gagasannya.
3.
Penulis
dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan
dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan
secara teoretis mengenai fakta-fakta yang berhubungan.
4.
Penulis
dapat terlatih dalam mengorganisasi gagasan secara sistematis serta
mengungkapkannya secara tersurat.
5.
Penulis
akan dapat meninjau serta menilai gagasamiya sendiri secara lebih objektif.
6.
Dengan
menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah memecahkan
permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang
lebih konkret.
7.
Dengan
menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif.
8.
Dengan
kegiatan menulis yang terencanakan membiasakan penulis bepikir serta berbahasa
secara tertib dan teratur.
Dari beberapa bentuk keuntmigan yang
didapat dan diperoleh dari kegiatan menulis di atas dapat disimpulkan bahwa
keuntungan dari kegiatan menulis tersebut adalah bahwa penulis dapat lebih
banyak menyerap dan menguasai informasi sehubungan dengan topik yang ditulis
serta dapat mengetahui kemampuan dan potensi dirinya,
Oleh karena itu pembelajaran menulis
merupakan kegiatan pembelajaran keterampilan penggunaan bahasa Indonesia dalam
bentuk tulis. Keterampilan menulis adalah hasil dari keterampilan mendengar,
berbicara, dan membaca. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam
pembelajaran bahasa Indonesia, yaitu sebagai berikut:
1.
Menulis
tidak dapat dipisahkan dari membaca.
2.
Pembelajaran
menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin berbahasa.
3.
Pembelajaran
menulis adalah pembelajaran tata tulis atau ejaan dan tanda bahasa Indonesia.
4.
Pembelajaran
menulis berlangsung berjenjang, bermula dari menyalin sampai dengan menulis
ilmiah.
Berdasarkan prinsip pembelajaran
menulis tersebut terdapat alternatif pembelajaran bahasa Indonesia; antara lain
menyalin, menyadur, membuat ikhtisar, menulis laporan, menyusun angket dan wawancara,
menulis notulen, menulis hasil seminar, menulis surat, menulis berita, dan lain-lain.
Menurut Soenardji (1998:106)
aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menulis dalam pembelajaran bahasa
Indonesia mehputi: (a) aspek tata bahasa, (b) aspek membaca, (c) aspek
kematangan mental, (d) aspek jenis kelamin, dan (e) aspek usia. Alur pemikiran
tersebut dijabarkan sebagai berikut.
1.
Aspek
tata bahasa. Aspek tata bahasa sangat terkait dengan pengetahuan tentang jenis
kata dan jenis kalimat.
2.
Aspek
membaca. Aspek ini mempunyai nilai sebagai sumber ide bagi kegiatan menulis.
3.
Aspek
kematangan mental. Aspek ini sangat terkait dengan pengetahuan dan penalaran
siswa dan menguasai struktur bahasa.
4.
Aspek
jenis kelamin. Jenis kelamin untuk siswa putri akan cenderung mempunyai
keterampilan yang lebfli baik daripada siswa putra dalam penguasaan semua aspek
kebahasaan.
5.
Aspek
usia. Aspek ini akan turut menentukan panjang pendeknya kalimat sesuai dengan
meningkatnya usia.
Disebutkan juga oleh Soejono
(1983:134) mengenai tolok ukur dalam mengarang atau menulis sangat terkait
dengan aspek-aspek sebagai berikut.
1.
Perbendaharaan
kata, yaitu keseliiruhan jumlah kata, ungkapan, idiom, peribahasa, dan istilah
yang dikuasai oleh siswa. Banyak sedikitnya jumlah perbendaharaan kata seseorang
tergantung pada tinggi rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki.
2.
Kemahiran
mengatur pikiran. Kemahiran mengatur pikiran sangat terkait dengan urutan
kronologis dalam menyusun kata secara tepat dan jelas.
3.
Kehendak
dan keberanian, yaitu keseluruhan gagasan pokok yang mampu diungkapkan secara
tepat dengan ide-ide yang baru dan cemerlang.
4.
Ejaan
dan tanda baca. Penggunaan ejaan dan tanda baca yang tepat dalam bahasa tulis
akan sangat menentukan kejelasan makna yang tertuang dalam bahasa tulis.
Berdasarkan dua pendapat dari ahli
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis prosa seseorang
sangat terkait dengan pengelolaan pengetahuan yang dimiliki seseorang, baik
dari hasil pengalaman ataupun membaca untuk dapat diungkapkan kembali dengan
bahasa tulis dengan mengaplikasikan penguasaan kosa kata yang dimilikinya
secara tepat.
D.
Adaptasi Teori
Kemampuan penguasaan kosakata berarti
mengetahui derajat kemungkinan untuk menemukan kata-kata dalam bentuk tulis
satu ujaran; dan juga menguasai kosakata berarti sangat boleh jadi mengetahui
juga kata-kata yang lain yang berhubungan dengannya, Kemampuan penguasaan kosa kata
juga berarti mengetahui pembatasan-pembatasan penggunaan kosa kata tersebut
sesuai dengan konteks dan situasi pemakainya, termasuk di dalamnya mengetahui
distribusi sintaksis dari kata tersebut, serta megetahui perbedan-perbedan dan
variasi-variasi makna yang berhubungan dengan kosakata tersebut.
Keterampilan menulis merupakan
keterampilan untuk mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat,
pemikiran, dan perasaan yang dimiliki seseorang (siswa) dalam bentuk tetulis.
Keterampilan menulis terkait dengan kemampuan menyusun serta mengembangkan daya
pikir dan kreativitas pikiran dan mengutarakannya kembali dalam bentuk tertulis
dengan jelas. Kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian
kata-kata, dan sruktur kalimat, termasuk di dalamnya adalah penguasaan kosa
kata yang dimiliki oleh siswa. Seorang penulis sejak awal juga harus mengetahi
maksud dan tujuan yang hendak dicapai dan hams mampu memanfaatkan grafologi,
struktur bahasa, dan kosa kata. Oleh karena itu, kemampuan menulis disamakan
dengan kemampuan berbahasa untuk menguasai kosa kata secara tepat sehingga
mampu memindahkan pikiran dan perasaan ke dalam lambang bahasa yang mudah
dimengerti oleh orang lain. Dengan demikian dapat diasumsikan jika penguasaan
kosa kata yang dimiliki oleh siswa baik maka kemampuan menulis siswa pun akan
meningkat lebih baik pula.
E.
Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir di
atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan
positif yang signifikan Kemampuan Penguasaan Kosa Kata dengan Kemampuan Menulis
Prosa pada Siswa Kelas VII SMP 1 Bumiayu Kecamatan Bumiayu Kabupaten
Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggimakan pendekatan
kuantitatif expost facto. Menurut
Sugiyono (2001:3) penelitian expost facto
adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah
terjadi. Atau dengan kata lain penelitian expost
facto, adalah penelitian yang dilakukan sesudah fakta yang terjadi karena
perkembangan kejadian secara alami. Penelitian ini difokuskan pada studi kasus,
dengan tidak untuk digeneralisasikan di luar populasi. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu mengungkap data
yang sudah ada dari keselurahan variabel yang diteliti.
B.
Variabel Penelitian
Variabel data penelitian ini terkait
dengan variabel bebas dan terikat.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kemampuan
penguasaan kosa kata siswa kelas VII SMP 1 Bumiayu Kecamatan Bumiayu Kabupaten
Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011.2.
2. Variabel Terikat
Variabel
terikatnya adalah kemampuan menulis prosa siswa Kelas VII
SMP
1 Bumiayu Kecamatan
Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011.
C.
Populasi dan Sampel Penelitian
Uraian mengenai populasi dan sampel
dalam penelitian ini akan dijabarkan dalam pembahasan di bawah ini.
1.
Populasi Penelitian
Populasi
adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1996) Populasi dalam penelitian
ini berkaitan dengan keseluruhan individu (responden) yang karakteristiknya
hampir sama. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII
SMP
1 Bumiayu Kecamatan
Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011.
2.
Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian
dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh
populasi. Kaitannya dengan teknik pengambilan sampel, Arikunto (1996:107)
mengemukakan apabila subjek kurang dari 100, maka lebili baik diambil semua.
Memperhatikan pemyataan di atas maka sampel penelitian ini adalah seluruh siswa
Kelas VII SMP 1 Bumiayu Kecamatan Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011 sebanyak
22 siswa.
D.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik tes. Teknik tes digunakan untuk menentukan nilai kemampuan
penguasaan kosa kata dan nilai kemampuan menulis prosa siswa Kelas VII
SMP
1 Bumiayu Kecamatan
Bumiayu Kabupaten Brebes Tahun Pelajaran 2010/2011.
Bentuk tes diwujudkan dalam tes
objektif dan tes essay. Tes objektif digunakan untuk mengetahui kemampuan
penguasaan kosakata siswa yang bersumber dari 4 wacana masing-masing diambil 5
item. Siswa memilih jawaban yang paling benar pada di lembar jawaban yang
disediakan. Jawaban benar diberi skor 5 (total 5 X 20 = 100), salah tidak
diberi skor.
Tes essay digunakan untuk mengetahui
kemampuan menulis prosa siswa. Kriteria kemampuan menulis didasarkan pada
aspek: (1) kesesuain judul dengan isi dengan skor maksimal 20 , (2) diksi
(pemilihan kata) dengan skor maksimal 40, (3) Ejaan dan tanda baca dengan skor
maksimal 20, dan (4) imaginasi dengan skor maksimal 20.
E.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Suatu alat ukur haruslali memiliki
syarat validitas dan reliabilitas jika hendak
mengungkap data variabel secara tepat dan konstan.
1.
Validitas Instrumen
Validitas Instrumen dalam penelitian
ini dianalisis menggunakan analisa butir soal yang dikorelasikan dengan skor
totalnya. Analisis ini menggunakan rumus Product Moment Pearson (Arikunto,
1996:160).
2.
Reliabilitas Instrumen
Alat ukur yang reliabel, menghasilkan
kestabilan dan ketepatan hasil terhadap subyek yang sama dalam waktu yang
berlainan. Pengujian reliabilitas ini juga menggunakan rumus Alpha Alfa
Crombach (Arikunto, 1996).
F.
Teknik Analisis Data
Data akan dianalisis menggunakan
teknik korelasi dalam statistik parametrik. Teknik analisis ini menggunakan
bantuan komputer program SPSS release 11.
Pengujian hipotesis menggunakan teknik analisis
product moment.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi,
Kusman. 1993. Pembelajaran Menulis dan
Pengembangan Berpikir Majalah Diksi. Vol.8. Edisi Januari 2004. Fakultas
Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi.
1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Bandung; Bumi
Aksara.
Akhadiah, Sabarti, 1997. Menulis. Jakarta:Depdikbud.
Moeliono,
Anton. M. 1995. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Doyin,
Mukh. 2002. Kamus Kata Baku Bahasa
Indonesia. Semarang: Nusa Budaya.
Nurudin.
2007. Dasar-Dasar Penulisan. Malang:
UPT UMM.
Soenardji.
1998. Azas-Azas Menulis. Semarang; IKIP
Semarang Press.
Soejono,
Ag. 1983. Metodik Khusus Bahasa Indonesia.
Bandung: Bina Karya
Sugihastuti.
2007. Bahasa Laporan Penelitian.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Sugiyono.
2001. Statistik untuk Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Parera,
Jos Daniel. 1993. Leksikon Istilah
pembelajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Tarigan. 1994. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
-------- Permen 22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
The King Casino: The New King & The World of Gaming
BalasHapusThe King Casino febcasino.com is the new place where the real money gambling is legal in Florida communitykhabar and Pennsylvania. We love https://jancasino.com/review/merit-casino/ the new filmfileeurope.com casino. https://vannienailor4166blog.blogspot.com/ We've got some great