Minggu, 12 Februari 2012

ANALISIS NOVEL LAYAR TERKEMBANG DENGAN KRITIK OBJEKTIF (TEMA)


ANALISIS NOVEL LAYAR TERKEMBANG DENGAN KRITIK OBJEKTIF (TEMA)
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kritik Sastra
Dosen Pengampu Ambarini A. M. Hum.

     Oleh :
Aan Andrianto
08410101
    7C



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2011

ANALISIS NOVEL LAYAR TERKEMBANG DENGAN KRITIK OBJEKTIF ( TEMA )
Tema
Dalam novel ini memperkenalkan masalah wanita Indonesia yang mulai merangkak pada pemikiran modern. Kaum wanita mulai bangkit untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai wanita, berwawasan luas, serta bercita-cita mandiri. Masalah lain yang dipersoalkan dalam novel ini, yaitu masalah kebudayaan barat dan timur. Juga termasuk masalah agama. novel ini menampilkan cinta kasih antara Yusuf, Maria, dan Tuti..
Dalam novel ini diceritakan tentang kaum wanita yang mulai bangkit untuk memperjuangkan hak-haknya  yang mempunyai wawasan luas dan bercita-cita tinggi. Hal tersebut sesuai dengan zaman pembuatan novel ini yang kala itu gelora Sumpah Pemuda masih bergema. Baik kaum pria maupun wanita aktif dalam berbagai organisasi kepemudaan.
Dalam novel tersebut anak dari R.Wiriaatmaja Tuti dan Maria di beri kebebasan dalam menentukan hidupnya,padahal pada masa-masa dahulu biasanya seorang anak harus menuruti kemauan orang tuanya,misalkan memilih pasangan hidup dan memilih pekerjaan.hal ini sangat bertolak belakang dengan masa itu yang biasanya orang tua yang sangat berkuasa dalam menentukan anaknya.hal ini dapat di buktikan dengan kutipan sebagai berikut:
“ ia biasanya memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada anaknya.sebagai seorang yang besar dalam didikan cara lama,tetapi tiada menutup matanya kepada perubahan yang berlangsung setiap hari dalam pergaulan kabur-kabur terasa kepadanya,bahwa telah demikian kehendak zaman.”
Pada novel Layar Terkembang karya Sultan Takdir Alisyahbana menjelaskan bahwa para kaum yang terpelajar hanya menjalankan perintah agama bila tak ada lagi yang bisa diperbuat di dunia. Mereka tidak takut dengan kematian, karena menurut kaum terpelajar masih banyak yang harus dijalani dalam hidup ini. Padahal hal ini tidak baik, karena seharusnya kita menjalankan perintah agama dari sekarang, tidak harus menunggu hari tua. Hal ini dapat diketahui sesuai kutipan berikut:
“saya?ah, bukankah tadi kata tuan Parta bahwa agama itu pekerjaan orang yang sudah pensiun? Saya pun menanti sayapensiun dahulu,baru akan sembahyang….”
“o, sejak perjuangan batinnya beberapa bulan ini, telah berapa kalikah….beberapa lamanya”
Kutipan di atas menggambarkan konflik batin seorang tokoh bernama Tuti yang mengalami perjuangan batin pada saat dia harus memilih antara menerima Supomo untuk menjadi suaminya atau menolaknya. Sebenarnya Tuti tidak merasakan sesuatu perasaan yang khusus terhadap Supomo, namun ia di kejar rasa ketakutan mengingat usianya yang sudah terlampau cukup untuk menikah. Jika Tuti menjadi istri Supomo, itu berarti dia membohongi dirinya sendiri
Tuti adalah seorang gadis yang selalu aktif dalam kegiatan wanita. Tuti memperjuangkan hak-hak wanita. Dia tidak ingin bila perempuan pada masa kini bergantung kepada laki-laki. Perempuan masih diikat dengan adat dan perempuan tidak dapat mengetahui dunia lebih luas. Hal ini bisa dilihat dalam kutipan berikut:
“Dan untuk menjaga supaya…dunia tiada diketahuinya”
Dalam novel ini juga ada terdapat beberapa pertentangan antara orang tua dan pemuda.hal ini dapat di buktikan dengan kutipan sebai berikut:
“ saya tidak mengerti sekali-kali bagaimana pikiran saleh,maka ia minta berhenti dengan tiada berbicara lagi dengan famili.seratus dua puluh ribu sebulan.coba pikirkan bagaimana senangnya penghidupan anak muda yang baru dua puluh dua tahun dengan pendapatan sebesar itu,tetapi itu di buangnya saja dengan ucapan yang bukan-bukan:hendak bekerja sebagai manusia bebas,hendak mencari pekerjaan yang sesuai dengan kata hatinya;pekerjaan
kantor yang tenang itu dikatakannya pekerjaan mesin yang mematikan semangat…..”

 Dari kutipan tersebut bahwa seorang pemuda yang ingin bekerja tetapi pekerjaanya itu yang sesuai dengan kehendak hatinya,bukan kehendak orang tuanya,karena kebahagian itu tidak bisa di ukur dengan materi semata karena kebahagian bukan karena materi saja.

Novel ini menceritakan tentang kaum pemuda yang ingi maju menjadi pemuda yang baru yang tidak ingin segala sesuatunya sesuai dengan kehendak orang tua.hal ini tentunya banyak orang tua yang kecewa karena anaknya tersebut karena dahulu ia telah bersusah payah berkorban demi anaknya agar cita-citanya itu tercapai.hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut;
“ ada anak yang tiada hendak kawin dengan gadis yang sudah di sediakan oleh orang tuanya baginya.ada orang tua yang tiada di acuhkan oleh anaknya yang telah berpangkat tinggi dan ada pula anak yang tiada menghargai segala sesuatu yang selama itu menjadi cita-cita  dan angan-angan orang tuanya”
Dalam novel ini Tuti di gambarkan sebagai perempuan zaman baru sedangkan adiknya Maria di gambarakan perempuan zaman dahulu.hal ini dapat di buktikan dengan beberapa bukti di antaranya Tuti memperjuangkan  perempuan dalam kongres-kongresnya,agar kaum perempuan tidak kalah dengan laki-laki,sehingga mereka tidak bergantung pada laki-laki karena mempunyai pendidikan yang tinggi.
“ sampai sekarang masih sering kita mendengar orang tua berkata? Apa gunanya masuk sekolah ini sekolah anu? Sekaliannya itu akan percuma saja,sebab kesudahannya ia masuk ke dapur juga.demikian perempuan tinggal bodoh dan bodohnya lebih bergantunglah pada kaum laki-laki,makin mudahlah laki-laki menjadikannya hambanya dan permainannya.”
Pada akhirnya perempuan zaman modernlah yang sanggup bertahan hal ini di buktikan dengan menikahnya Tuti dengan Yusuf.dan hilanglah perempuan yang menggambarkan zaman dahulu hal ini di buktikan dengan meninggalnya adik Tuti yaitu Maria karena terserang penyakit.





Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kritik Sastra
Dosen Pengampu Ambarini A. M. Hum.

     Oleh :
Aan Andrianto
08410101
    7C



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2011

ANALISIS NOVEL LAYAR TERKEMBANG DENGAN KRITIK OBJEKTIF ( TEMA )
Tema
Dalam novel ini memperkenalkan masalah wanita Indonesia yang mulai merangkak pada pemikiran modern. Kaum wanita mulai bangkit untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai wanita, berwawasan luas, serta bercita-cita mandiri. Masalah lain yang dipersoalkan dalam novel ini, yaitu masalah kebudayaan barat dan timur. Juga termasuk masalah agama. novel ini menampilkan cinta kasih antara Yusuf, Maria, dan Tuti..
Dalam novel ini diceritakan tentang kaum wanita yang mulai bangkit untuk memperjuangkan hak-haknya  yang mempunyai wawasan luas dan bercita-cita tinggi. Hal tersebut sesuai dengan zaman pembuatan novel ini yang kala itu gelora Sumpah Pemuda masih bergema. Baik kaum pria maupun wanita aktif dalam berbagai organisasi kepemudaan.
Dalam novel tersebut anak dari R.Wiriaatmaja Tuti dan Maria di beri kebebasan dalam menentukan hidupnya,padahal pada masa-masa dahulu biasanya seorang anak harus menuruti kemauan orang tuanya,misalkan memilih pasangan hidup dan memilih pekerjaan.hal ini sangat bertolak belakang dengan masa itu yang biasanya orang tua yang sangat berkuasa dalam menentukan anaknya.hal ini dapat di buktikan dengan kutipan sebagai berikut:
“ ia biasanya memberikan kebebasan sebesar-besarnya kepada anaknya.sebagai seorang yang besar dalam didikan cara lama,tetapi tiada menutup matanya kepada perubahan yang berlangsung setiap hari dalam pergaulan kabur-kabur terasa kepadanya,bahwa telah demikian kehendak zaman.”
Pada novel Layar Terkembang karya Sultan Takdir Alisyahbana menjelaskan bahwa para kaum yang terpelajar hanya menjalankan perintah agama bila tak ada lagi yang bisa diperbuat di dunia. Mereka tidak takut dengan kematian, karena menurut kaum terpelajar masih banyak yang harus dijalani dalam hidup ini. Padahal hal ini tidak baik, karena seharusnya kita menjalankan perintah agama dari sekarang, tidak harus menunggu hari tua. Hal ini dapat diketahui sesuai kutipan berikut:
“saya?ah, bukankah tadi kata tuan Parta bahwa agama itu pekerjaan orang yang sudah pensiun? Saya pun menanti sayapensiun dahulu,baru akan sembahyang….”
“o, sejak perjuangan batinnya beberapa bulan ini, telah berapa kalikah….beberapa lamanya”
Kutipan di atas menggambarkan konflik batin seorang tokoh bernama Tuti yang mengalami perjuangan batin pada saat dia harus memilih antara menerima Supomo untuk menjadi suaminya atau menolaknya. Sebenarnya Tuti tidak merasakan sesuatu perasaan yang khusus terhadap Supomo, namun ia di kejar rasa ketakutan mengingat usianya yang sudah terlampau cukup untuk menikah. Jika Tuti menjadi istri Supomo, itu berarti dia membohongi dirinya sendiri
Tuti adalah seorang gadis yang selalu aktif dalam kegiatan wanita. Tuti memperjuangkan hak-hak wanita. Dia tidak ingin bila perempuan pada masa kini bergantung kepada laki-laki. Perempuan masih diikat dengan adat dan perempuan tidak dapat mengetahui dunia lebih luas. Hal ini bisa dilihat dalam kutipan berikut:
“Dan untuk menjaga supaya…dunia tiada diketahuinya”
Dalam novel ini juga ada terdapat beberapa pertentangan antara orang tua dan pemuda.hal ini dapat di buktikan dengan kutipan sebai berikut:
“ saya tidak mengerti sekali-kali bagaimana pikiran saleh,maka ia minta berhenti dengan tiada berbicara lagi dengan famili.seratus dua puluh ribu sebulan.coba pikirkan bagaimana senangnya penghidupan anak muda yang baru dua puluh dua tahun dengan pendapatan sebesar itu,tetapi itu di buangnya saja dengan ucapan yang bukan-bukan:hendak bekerja sebagai manusia bebas,hendak mencari pekerjaan yang sesuai dengan kata hatinya;pekerjaan
kantor yang tenang itu dikatakannya pekerjaan mesin yang mematikan semangat…..”

 Dari kutipan tersebut bahwa seorang pemuda yang ingin bekerja tetapi pekerjaanya itu yang sesuai dengan kehendak hatinya,bukan kehendak orang tuanya,karena kebahagian itu tidak bisa di ukur dengan materi semata karena kebahagian bukan karena materi saja.

Novel ini menceritakan tentang kaum pemuda yang ingi maju menjadi pemuda yang baru yang tidak ingin segala sesuatunya sesuai dengan kehendak orang tua.hal ini tentunya banyak orang tua yang kecewa karena anaknya tersebut karena dahulu ia telah bersusah payah berkorban demi anaknya agar cita-citanya itu tercapai.hal ini dapat dibuktikan dengan kutipan sebagai berikut;
“ ada anak yang tiada hendak kawin dengan gadis yang sudah di sediakan oleh orang tuanya baginya.ada orang tua yang tiada di acuhkan oleh anaknya yang telah berpangkat tinggi dan ada pula anak yang tiada menghargai segala sesuatu yang selama itu menjadi cita-cita  dan angan-angan orang tuanya”
Dalam novel ini Tuti di gambarkan sebagai perempuan zaman baru sedangkan adiknya Maria di gambarakan perempuan zaman dahulu.hal ini dapat di buktikan dengan beberapa bukti di antaranya Tuti memperjuangkan  perempuan dalam kongres-kongresnya,agar kaum perempuan tidak kalah dengan laki-laki,sehingga mereka tidak bergantung pada laki-laki karena mempunyai pendidikan yang tinggi.
“ sampai sekarang masih sering kita mendengar orang tua berkata? Apa gunanya masuk sekolah ini sekolah anu? Sekaliannya itu akan percuma saja,sebab kesudahannya ia masuk ke dapur juga.demikian perempuan tinggal bodoh dan bodohnya lebih bergantunglah pada kaum laki-laki,makin mudahlah laki-laki menjadikannya hambanya dan permainannya.”
Pada akhirnya perempuan zaman modernlah yang sanggup bertahan hal ini di buktikan dengan menikahnya Tuti dengan Yusuf.dan hilanglah perempuan yang menggambarkan zaman dahulu hal ini di buktikan dengan meninggalnya adik Tuti yaitu Maria karena terserang penyakit.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar