ANALISIS NOVEL LAYAR
TERKEMBANG DENGAN KRITIK OBJEKTIF (TEMA)
Disusun
guna memenuhi tugas mata
kuliah Kritik Sastra
Dosen
Pengampu Ambarini
A. M. Hum.
Oleh
:
Aan Andrianto
08410101
7C
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP
PGRI SEMARANG
2011
ANALISIS
NOVEL LAYAR TERKEMBANG DENGAN KRITIK OBJEKTIF ( TEMA )
Tema
Dalam
novel ini memperkenalkan masalah
wanita Indonesia yang mulai merangkak pada pemikiran modern. Kaum wanita mulai
bangkit untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai wanita, berwawasan luas, serta
bercita-cita mandiri. Masalah lain yang dipersoalkan dalam novel ini, yaitu
masalah kebudayaan barat dan timur. Juga termasuk masalah agama. novel ini
menampilkan cinta kasih antara Yusuf, Maria, dan Tuti..
Dalam
novel ini diceritakan tentang kaum wanita yang mulai bangkit untuk
memperjuangkan hak-haknya yang mempunyai wawasan luas dan bercita-cita
tinggi. Hal tersebut sesuai dengan zaman pembuatan novel ini yang kala itu
gelora Sumpah Pemuda masih bergema. Baik kaum pria maupun wanita aktif dalam
berbagai organisasi kepemudaan.
Dalam novel tersebut anak dari R.Wiriaatmaja Tuti dan
Maria di beri kebebasan dalam menentukan hidupnya,padahal pada masa-masa dahulu
biasanya seorang anak harus menuruti kemauan orang tuanya,misalkan memilih
pasangan hidup dan memilih pekerjaan.hal ini sangat bertolak belakang dengan
masa itu yang biasanya orang tua yang sangat berkuasa dalam menentukan
anaknya.hal ini dapat di buktikan dengan kutipan sebagai berikut:
“ ia biasanya memberikan kebebasan sebesar-besarnya
kepada anaknya.sebagai seorang yang besar dalam didikan cara lama,tetapi tiada
menutup matanya kepada perubahan yang berlangsung setiap hari dalam pergaulan
kabur-kabur terasa kepadanya,bahwa telah demikian kehendak zaman.”
Pada novel Layar Terkembang
karya Sultan Takdir Alisyahbana menjelaskan bahwa para kaum yang terpelajar
hanya menjalankan perintah agama bila tak ada lagi yang bisa diperbuat di
dunia. Mereka tidak takut dengan kematian, karena menurut kaum terpelajar masih
banyak yang harus dijalani dalam hidup ini. Padahal hal ini tidak baik, karena
seharusnya kita menjalankan perintah agama dari sekarang, tidak harus menunggu
hari tua. Hal ini dapat diketahui sesuai kutipan berikut:
“saya?ah, bukankah tadi kata
tuan Parta bahwa agama itu pekerjaan orang yang sudah pensiun? Saya pun menanti
sayapensiun dahulu,baru akan sembahyang….”
“o, sejak perjuangan batinnya beberapa bulan ini,
telah berapa kalikah….beberapa lamanya”
Kutipan di atas menggambarkan konflik
batin seorang tokoh bernama Tuti yang mengalami perjuangan batin pada saat dia
harus memilih antara menerima Supomo untuk menjadi suaminya atau menolaknya.
Sebenarnya Tuti tidak merasakan sesuatu perasaan yang khusus terhadap Supomo,
namun ia di kejar rasa ketakutan mengingat usianya yang sudah terlampau cukup
untuk menikah. Jika Tuti menjadi istri Supomo, itu berarti dia membohongi
dirinya sendiri
Tuti adalah seorang gadis yang
selalu aktif dalam kegiatan wanita. Tuti memperjuangkan hak-hak wanita. Dia
tidak ingin bila perempuan pada masa kini bergantung kepada laki-laki.
Perempuan masih diikat dengan adat dan perempuan tidak dapat mengetahui dunia
lebih luas. Hal ini bisa dilihat dalam kutipan berikut:
“Dan untuk menjaga supaya…dunia
tiada diketahuinya”
Dalam novel ini juga ada
terdapat beberapa pertentangan antara orang tua dan pemuda.hal ini dapat di
buktikan dengan kutipan sebai berikut:
“ saya tidak mengerti
sekali-kali bagaimana pikiran saleh,maka ia minta berhenti dengan tiada
berbicara lagi dengan famili.seratus dua puluh ribu sebulan.coba pikirkan
bagaimana senangnya penghidupan anak muda yang baru dua puluh dua tahun dengan
pendapatan sebesar itu,tetapi itu di buangnya saja dengan ucapan yang
bukan-bukan:hendak bekerja sebagai manusia bebas,hendak mencari pekerjaan yang
sesuai dengan kata hatinya;pekerjaan
kantor yang tenang itu
dikatakannya pekerjaan mesin yang mematikan semangat…..”
Dari kutipan tersebut bahwa seorang pemuda
yang ingin bekerja tetapi pekerjaanya itu yang sesuai dengan kehendak
hatinya,bukan kehendak orang tuanya,karena kebahagian itu tidak bisa di ukur
dengan materi semata karena kebahagian bukan karena materi saja.
Novel ini menceritakan tentang
kaum pemuda yang ingi maju menjadi pemuda yang baru yang tidak ingin segala
sesuatunya sesuai dengan kehendak orang tua.hal ini tentunya banyak orang tua
yang kecewa karena anaknya tersebut karena dahulu ia telah bersusah payah
berkorban demi anaknya agar cita-citanya itu tercapai.hal ini dapat dibuktikan
dengan kutipan sebagai berikut;
“ ada anak yang tiada hendak
kawin dengan gadis yang sudah di sediakan oleh orang tuanya baginya.ada orang
tua yang tiada di acuhkan oleh anaknya yang telah berpangkat tinggi dan ada
pula anak yang tiada menghargai segala sesuatu yang selama itu menjadi
cita-cita dan angan-angan orang tuanya”
Dalam novel ini Tuti di
gambarkan sebagai perempuan zaman baru sedangkan adiknya Maria di gambarakan
perempuan zaman dahulu.hal ini dapat di buktikan dengan beberapa bukti di
antaranya Tuti memperjuangkan perempuan
dalam kongres-kongresnya,agar kaum perempuan tidak kalah dengan
laki-laki,sehingga mereka tidak bergantung pada laki-laki karena mempunyai
pendidikan yang tinggi.
“ sampai sekarang masih sering
kita mendengar orang tua berkata? Apa gunanya masuk sekolah ini sekolah anu?
Sekaliannya itu akan percuma saja,sebab kesudahannya ia masuk ke dapur
juga.demikian perempuan tinggal bodoh dan bodohnya lebih bergantunglah pada
kaum laki-laki,makin mudahlah laki-laki menjadikannya hambanya dan
permainannya.”
Pada akhirnya perempuan zaman
modernlah yang sanggup bertahan hal ini di buktikan dengan menikahnya Tuti
dengan Yusuf.dan hilanglah perempuan yang menggambarkan zaman dahulu hal ini di
buktikan dengan meninggalnya adik Tuti yaitu Maria karena terserang penyakit.
Disusun
guna memenuhi tugas mata
kuliah Kritik Sastra
Dosen
Pengampu Ambarini
A. M. Hum.
Oleh
:
Aan Andrianto
08410101
7C
PENDIDIKAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP
PGRI SEMARANG
2011
ANALISIS
NOVEL LAYAR TERKEMBANG DENGAN KRITIK OBJEKTIF ( TEMA )
Tema
Dalam
novel ini memperkenalkan masalah
wanita Indonesia yang mulai merangkak pada pemikiran modern. Kaum wanita mulai
bangkit untuk memperjuangkan hak-haknya sebagai wanita, berwawasan luas, serta
bercita-cita mandiri. Masalah lain yang dipersoalkan dalam novel ini, yaitu
masalah kebudayaan barat dan timur. Juga termasuk masalah agama. novel ini
menampilkan cinta kasih antara Yusuf, Maria, dan Tuti..
Dalam
novel ini diceritakan tentang kaum wanita yang mulai bangkit untuk
memperjuangkan hak-haknya yang mempunyai wawasan luas dan bercita-cita
tinggi. Hal tersebut sesuai dengan zaman pembuatan novel ini yang kala itu
gelora Sumpah Pemuda masih bergema. Baik kaum pria maupun wanita aktif dalam
berbagai organisasi kepemudaan.
Dalam novel tersebut anak dari R.Wiriaatmaja Tuti dan
Maria di beri kebebasan dalam menentukan hidupnya,padahal pada masa-masa dahulu
biasanya seorang anak harus menuruti kemauan orang tuanya,misalkan memilih
pasangan hidup dan memilih pekerjaan.hal ini sangat bertolak belakang dengan
masa itu yang biasanya orang tua yang sangat berkuasa dalam menentukan
anaknya.hal ini dapat di buktikan dengan kutipan sebagai berikut:
“ ia biasanya memberikan kebebasan sebesar-besarnya
kepada anaknya.sebagai seorang yang besar dalam didikan cara lama,tetapi tiada
menutup matanya kepada perubahan yang berlangsung setiap hari dalam pergaulan
kabur-kabur terasa kepadanya,bahwa telah demikian kehendak zaman.”
Pada novel Layar Terkembang
karya Sultan Takdir Alisyahbana menjelaskan bahwa para kaum yang terpelajar
hanya menjalankan perintah agama bila tak ada lagi yang bisa diperbuat di
dunia. Mereka tidak takut dengan kematian, karena menurut kaum terpelajar masih
banyak yang harus dijalani dalam hidup ini. Padahal hal ini tidak baik, karena
seharusnya kita menjalankan perintah agama dari sekarang, tidak harus menunggu
hari tua. Hal ini dapat diketahui sesuai kutipan berikut:
“saya?ah, bukankah tadi kata
tuan Parta bahwa agama itu pekerjaan orang yang sudah pensiun? Saya pun menanti
sayapensiun dahulu,baru akan sembahyang….”
“o, sejak perjuangan batinnya beberapa bulan ini,
telah berapa kalikah….beberapa lamanya”
Kutipan di atas menggambarkan konflik
batin seorang tokoh bernama Tuti yang mengalami perjuangan batin pada saat dia
harus memilih antara menerima Supomo untuk menjadi suaminya atau menolaknya.
Sebenarnya Tuti tidak merasakan sesuatu perasaan yang khusus terhadap Supomo,
namun ia di kejar rasa ketakutan mengingat usianya yang sudah terlampau cukup
untuk menikah. Jika Tuti menjadi istri Supomo, itu berarti dia membohongi
dirinya sendiri
Tuti adalah seorang gadis yang
selalu aktif dalam kegiatan wanita. Tuti memperjuangkan hak-hak wanita. Dia
tidak ingin bila perempuan pada masa kini bergantung kepada laki-laki.
Perempuan masih diikat dengan adat dan perempuan tidak dapat mengetahui dunia
lebih luas. Hal ini bisa dilihat dalam kutipan berikut:
“Dan untuk menjaga supaya…dunia
tiada diketahuinya”
Dalam novel ini juga ada
terdapat beberapa pertentangan antara orang tua dan pemuda.hal ini dapat di
buktikan dengan kutipan sebai berikut:
“ saya tidak mengerti
sekali-kali bagaimana pikiran saleh,maka ia minta berhenti dengan tiada
berbicara lagi dengan famili.seratus dua puluh ribu sebulan.coba pikirkan
bagaimana senangnya penghidupan anak muda yang baru dua puluh dua tahun dengan
pendapatan sebesar itu,tetapi itu di buangnya saja dengan ucapan yang
bukan-bukan:hendak bekerja sebagai manusia bebas,hendak mencari pekerjaan yang
sesuai dengan kata hatinya;pekerjaan
kantor yang tenang itu
dikatakannya pekerjaan mesin yang mematikan semangat…..”
Dari kutipan tersebut bahwa seorang pemuda
yang ingin bekerja tetapi pekerjaanya itu yang sesuai dengan kehendak
hatinya,bukan kehendak orang tuanya,karena kebahagian itu tidak bisa di ukur
dengan materi semata karena kebahagian bukan karena materi saja.
Novel ini menceritakan tentang
kaum pemuda yang ingi maju menjadi pemuda yang baru yang tidak ingin segala
sesuatunya sesuai dengan kehendak orang tua.hal ini tentunya banyak orang tua
yang kecewa karena anaknya tersebut karena dahulu ia telah bersusah payah
berkorban demi anaknya agar cita-citanya itu tercapai.hal ini dapat dibuktikan
dengan kutipan sebagai berikut;
“ ada anak yang tiada hendak
kawin dengan gadis yang sudah di sediakan oleh orang tuanya baginya.ada orang
tua yang tiada di acuhkan oleh anaknya yang telah berpangkat tinggi dan ada
pula anak yang tiada menghargai segala sesuatu yang selama itu menjadi
cita-cita dan angan-angan orang tuanya”
Dalam novel ini Tuti di
gambarkan sebagai perempuan zaman baru sedangkan adiknya Maria di gambarakan
perempuan zaman dahulu.hal ini dapat di buktikan dengan beberapa bukti di
antaranya Tuti memperjuangkan perempuan
dalam kongres-kongresnya,agar kaum perempuan tidak kalah dengan
laki-laki,sehingga mereka tidak bergantung pada laki-laki karena mempunyai
pendidikan yang tinggi.
“ sampai sekarang masih sering
kita mendengar orang tua berkata? Apa gunanya masuk sekolah ini sekolah anu?
Sekaliannya itu akan percuma saja,sebab kesudahannya ia masuk ke dapur
juga.demikian perempuan tinggal bodoh dan bodohnya lebih bergantunglah pada
kaum laki-laki,makin mudahlah laki-laki menjadikannya hambanya dan
permainannya.”
Pada akhirnya perempuan zaman
modernlah yang sanggup bertahan hal ini di buktikan dengan menikahnya Tuti
dengan Yusuf.dan hilanglah perempuan yang menggambarkan zaman dahulu hal ini di
buktikan dengan meninggalnya adik Tuti yaitu Maria karena terserang penyakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar