2. Ruang Lingkup Penyuntingan atau Sasaran Kegiatan Penyuntingan
adalah Produksi
Informasi
RUANG LINGKUP
PENYUNTINGAN MEDIA TERCETAK
Ruang lingkup penyuntingan yang sudah dikenal oleh masyarakat
luas akhir- akhir ini yang semakin akrab dengan media tercetak adalah ruang
lingkup penyuntingan bulletin berita
(produk media tercetak dari sekretariat berbagai ormas, dan organisasi lain), surat
kabar, majalah(
dari popular sampai berbobot ilamiah), dan penerbitan buku- buku (Termasuk;
Skripsi/Tesis/Desertasi).
I). Proses Produksi Informasi
Proses Produksi Informasi yang melibatkan kegiatan
penyuntingan dapat dibedakan dalam dua proses besarnya:
(1). Proses produksi tahap awal atau tahap pertama merupakan
proses pencaharian, penemuan dan penyusunan konsep- konsep sampai tertuang
dalam bentuk naskah bersih. Inilah tahap pengemasan konsepsional, pengemasan
informasi, yang menguras pikiran dan menimbulkan tegangan kejiwaan atau stress.
Itulah tahap proses kreatif penulis yang seringkali didorong-dorong atau diarahkan
oleh para penyunting/editor.
Dalam tahap ini editor memainkan peran sebagai intelektual,
seorang profesional yang sudah memahami seluk- beluk dunia pengarang dan
penulis untuk bidang apa saja. Atau bahkan menjelma menjadi seorang penulis
yang tahu siapa nanti calon pembacanya.
(2). Proses produksi tahap kedua yaitu; yang menjadi perhatian lingkungan grafika,
yakni tahap pra- cetak, bagaimana
naskah dirancang menjadi karya cetak seperti surat kabar, majalah atau buku.
Penyuntingan dalam tahap itu berganti peran bukan lagi
sebagai seorang penulis atau seorang intelektual, melainkan bergabung dalam tim
teknis, tim operasional mewujudkan naskah menjadi karya cetak. Penyunting
terlibat dalam proses manajerial bidang
produksi informasi media cetak. Penyunting
juga berperan sampai proses distribusi-pemasaran media cetak, berurusan dengan
para konsumen produk cetak yang sudah dirancang dari awal untuk memenuhi
kebutuhan informasi para konsumennya ( baca: para pembaca media cetak).
II). Prinsip Kerja
Produksi Informasi (Surat Kabar, Majalah, Buku)
Dalam praktik sehari-hari, penerbitan surat kabar, majalah,
dan buku mengaplikasikan prinsip-prinsip kerja sesuai dengan skala prioritas
perhatian, tingkat urgensi, dan resiko pekerjaan yang dihadapi.
# Prinsip kerja produksi informasi pada penerbitan surat
kabar sangat menonjol dengan aspek kecepatan (high speed), karena setiap hari
harus memproduksi serta menyebarkan media hariannya. Idealnya tiga prinsip
kerja yaitu; aspek kecepatan, aspek ketepatan/ketelitian, dan aspek artistik
sama-sama diperhatikan. Namun kenyataannya, aspek kecepatanlah yang sering
didahulukan. Sering sekali kurang diperhatikan aspek ketelitian kebahasan
maupun keakuratan fakta. Demikian pula aspek artistic (Layout/skema surat kabar
sudah dipatok/baku, dan jarang diadakan perubahan-perubahan yang berarti
ditinjau dari segi artistiknya).
# Sebaliknya penerbitan majalah lebih menonjolkan aspek
ketepatan serta ketelitian fakta, karena batas waktu penyelesaian pekerjaan penulisan/kewartawanan
dan penyuntingan berlangsung dalam beberapa hari. Kecepatan kurang menonjol
dibandingkan dengan pekerjaan surat kabar. Namun yang lebih menarik pada
majalah justru aspek artistiknya, yang menarik perhatian calon pembeli,
khususnya majalah- majalah yang memperhatikan kehidupan dan dunia kewanitaan.
# Berbeda pula bentuk aplikasi tiga prinsip kerja itu (Cepat,
tepat/teliti, artistik) dalam dunia penerbitan buku, yang menerapkan prinsip
kecepatan kerja sebagai urutan paling rendah dalam skala prioritas perhatian (diperkirakan
rata- rata tiap tahun penerbit di Indonesia memproduksi buku baru sebanyak duabelas
judul baru, jumlah penerbit buku Indonesia sekitar 500 buah sehingga rata- rata
6000 judul baru terbit dalam satu tahun). Urutan di tengah adalah prinsip ketelitian
dalam kerja. Aspek paling menonjol dalam kesibukan perbukuan justru pada sisi
artistiknya, karena setiap judul membutuhkan design artistic berbeda- beda.
Dengan demikian boleh dikatakan cover
buku bersama perencanaan halaman per halaman buku merupakan sebuah karya
artistic yang berasal dari lingkungan percetakan.
Untuk menjadi seorang editor yang serba bisa, seseorang harus
mempersiapkan diri dan melatih diri dengan banyak pengetahuan dan keterampilan
lainnya, antara lain penguasaan manajemen penerbitan pada umumnya dan manajemen
editorial pada khususnya. Banyak kursus dan pelatihan sudah diselenggarakan
untuk mendukung para editor menggapai banyak keterampilan yang dibutuhkan oleh
pekerjaannya sebagai seorang editor profesional. Namun salah satu keterampilan
terpenting tetap saja keterampilan kebahasaan Indonesia untuk lapangan
penerbitan media tercetak di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar